Rowo Bayu Banyuwangi, Lokasi Asli KKN Desa Penari

Travel136 Dilihat

Arahsatu.com – Rowo Bayu Banyuwangi mendadak viral di berbagai media sosial. Puncaknya adalah Film KKN Di Desan Penari yang belakangan menyita publik.

Tak hanya publik, Menteri BUMN Erick Thohir juga penasaran dengan lokasi asli KKN Di Desa Penari yang kabarnya terletak di Rowo Bayu Banyuwangi, Jawa Timur.

Menurut keterangan Sudirman, seorang pengelola dan penjaga Rawa atau Rowo Bayu, lokasi KKN di Desa Penari ada di Desa Rowo Bayu Banyuwangi, Jawa Timur.

Sudirman juga menjelaskan bahwa kejadian KKN yang menelan korban jiwa terjadi pada 2008 silam. Ada enam orang mahasiswa dari sebuah kampus di Surabaya.

Mereka melakukan kuliah kerja nyata (KKN) di Desa Rowo Bayu. Dua dari mahasiswa tersebut terlibat asmara, hingga akhirnya menimbulkan masalah yang tak terduga.

Namun, cerita yang di sampaikan oleh Sudirman sedikit berbeda dengan tulisan di utas akun Twitter SimpleMan yang belakangan ini menyita perhatian publik.

Mengutip unggahan di akun Instagram Erick Thohir, Sudirman menceritakan bahwa saat sedang menjelajahi Rowo Bayu, ada dua mahasiswa yang tersesat.

Mereka bertemu dengan seseorang di bagian utara desa. Di sana, keduanya bertemu dengan seseorang yang mengajaknya mampir, lalu di jamu makanan yang di bungkus dengan kertas koran.

Desa yang di datangi oleh kedua mahasiswa tersebut adalah desa lelembut yang bernama Desa Penari. Sudirman menjelaskan bahwa kedua mahasiswa yang berkunjung ke Desa Penari meninggal dunia.

 

Sejarah Singkat Rowo Bayu Banyuwangi

 

Mengulik dari berbagai informasi, bahwa sejarah Rowo Bayu Banyuwangi berkaitan dengan sejarah Prabu Tawang Alun, yaitu salah satu Raja Kerajaan Blambangan termasyhur.

Di rangkum dari laman Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Timur, pada tahun 1767 ketika ekspedisi militer VOC datang ke Blambangan untuk membantu kerajaan.

Hanya dalam waktu satu bulan, pasukan VOC mengalahkan pasukan Bali pada Februari 1867. Namun, ketenangan rakyat terusik empat bulan kemudian.

Setelah Wong Agung Wilis, yaitu saudara tiri Pangeran Adipati Danuningrat (1736-1764), melakukan pemberontakan.

Singkat cerita, kematian pimpinan VOC, Vaandrig Schaar dan Cornet Tinne dalam pertempuran itu membuat Belanda marah.

Setahun kemudian, VOC mendatangkan ribuan prajurit tambahan dari Madura, Surabaya, dan juga Besuki.

VOC lalu mendirikan benteng di Desa Bayu dan membakar lumbung-lumbung padi milik pasukan Jagapati, hingga menimbulkan kelaparan.

Dalam kondisi kesulitan inilah pasukan Jagapati di serang habis-habisan oleh para tentara Belanda.

Pertempuran di Desa Bayu ini dikenal dengan Puputan Bayu atau perang habis-habisan dalam istilah Bali.

Kekalahan pasukan Jagapati membuat populasi rakyat Blambangan menyusut drastis dari 80.000 jiwa menjadi 8.000 jiwa saja.

Menurut sejarawan Universitas Gajah Mada, Sri Margana, Puputan Bayu pada 11 Oktober 1772 ini dikenal sebagai salah satu perang yang paling sadis yang terjadi di Indonesia.

Pasukan VOC memenggal kepala pasukan Jagapati, lalu menggantung di pepohonan di sekitar Rawa Bayu.

Kemudian, untuk mengenang peperangan ini, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi membangun monumen Puputan Bayu di pintu masuk Desa Bayu.

Monumen ini hanya berjarak sekitar lima kilometer dari lokasi Puputan Bayu.

Wisata Rowo Bayu Banyuwangi

Lokasi pertempuran yang di kenal dengan nama Rowo Bayu ini menjadi tujuan wisata alam karena pemandangan yang menarik dan suasananya yang tenang dan damai.

Para pemeluk Hindu di Banyuwangi dan Bali menjadikan Rowo Bayu sebagai tempat bersuci maupun semedi dan sembahyang.

Terlepas dari benar tidaknya Rowo Bayu Banyuwangi sebagai lokasi asli KKN di Desa Penari, masyarakat umum perlu tetap melestarikan tempat wisata tersebut.

Apalagi ada masyarakat agama tertentu yang memakainya untuk beribadah. Demikian informasi singkat yang kami sadur dari suara.com. Semoga informasi ini bisa bermanfaat.

Komentar